https://journal2.stikeskendal.ac.id/index.php/far/issue/feedJurnal Farmasetis2025-03-29T09:59:25+00:00Livana PHlivana.ph@gmail.comOpen Journal Systems<p><img src="blob:https://journal2.stikeskendal.ac.id/d473deb2-89a6-4d3b-b6c2-8384ad235c23" />Jurnal farmasetis merupakan bagian integral dari jurnal yang diterbitkan oleh LPPM STIKES Kendal. Jurnal farmasetis berfokus pada topik teknologi farmasi, manajemen, farmasi sosial, obat tradisional, dan farmakologi yang mencakup 17 pilar meliputi: <em>Pengelolaan resep, Swamedikasi, Manajemen pengelolaan resep, Manajemen rumah sakit, Manajemen apotek, Identifikasi dan determinasi tanaman obat, Standarisasi simplisia tanaman obat, Standarisasi ekstrak tanaman obat, Teknik ekstraksiTeknik isolasi dan pemurnian bahan aktif atau kandungan kimia tanaman obat, Identifikasi dan elusidasi bahan aktif atau bahan kandungan kimia tanaman obat, Semisintesis senyawa bahan bioaktif, Formulasi sediaan obat bahan alam dan studi farmasetiknya, Studi biovialibilitas sediaan obat bahan alam, Uji aktivitas preklinik obat bahan alam : secara in vitro dan in vivo, Uji toksisistas, uji teratogenik dan uji mutagenik, Uji Klinik</em>. Penulis jurnal berasal dari tenaga kesehatan, dosen, mahasiswa, peneliti yang tertarik dalam bidang farmasi. Jurnal diterbitkan pertama kali sejak Juni tahun 2011, dan terbit dengan ISSN versi cetak pada Volume 2 No 1 Juni 2012 dan ISSN versi online pada Volume 6 No 1 Mei 2017. Jurnal farmasetis terbit 2 kali dalam setahun yaitu bulan Mei dan November.</p>https://journal2.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/3730Perbedaan Penurunan PH Saliva Setelah Minum Sari Buah Citrus Sinensis dan Citrus Sinensis (L) Osbeck2025-03-10T16:44:24+00:00Arini Indriyasariariniindriyasari@unik-kediri.ac.idLintang Mega PertiwiLintangmpertiwi@unik-kediri.ac.idMeyrinda TobingMeyrindatobing42@unik-kediri.ac.idIbnu GunawanIbnugunawan@unik-kediri.ac.id<p>Karies gigi merupakan kondisi penyakit kronis yang kompleks dan multifaktor penyebabnya. Saliva merupakan cairan tubuh yang disekresikan oleh kelenjar saliva yang memiliki kemampuan <em>buffer </em>saliva dipengaruhi oleh tingkat keasaman saliva (pH). Karbohidrat seperti fruktosa, sukrosa, dan glukosa merupakan salah satu bentuk nutrisi yang dapat menurunkan tingkat keasaman saliva. Kandungan karbohidrat dan asam yang terdapat pada <em>Citrus sinensis</em> dan <em>Citrus sinensis </em>(L) Osbeck diduga dapat menurunkan pH saliva dan menjadi faktor predisposisi terbentuknya karies gigi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental labolatoris (<em>true experimental</em>). Rancangan penelitian yang digunakan adalah <em>randomized pre test-post design</em> yaitu dengan pemilihan kelompok dilakukan secara acak dan terdapat 2 kelompok. Setiap kelompok dilakukan pengamatan dan pengukuran pH sebelum dan setelah perlakuan.Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan penurunan pH saliva setelah minum sari buah <em>Citrus sinensis</em> dan <em>Citrus sinensis </em>(L) Osbeck. Data pengukuran rata-rata pH saliva sebelum diberikan perlakuan pada kelompok <em>Citrus sinensis </em>sebesar 6,69 ± 0,00. Rata-rata pH saliva sebelum diberikan perlakuan pada kelompok <em>Citrus sinensis </em>(L) osbeck adalah 7,06 ± 0,00. Penurunan rata-rata pH terjadi pada menit ke-15 dan menit ke-30 serta meningkat lag pada menit ke-60 pada kedua kelompok perlakuan. Konsumsi jus buah <em>Citrus sinensis </em>dan <em>Citrus sinensis </em>(L) osbeck dapat menurunkan pH saliva. Saliva mempunyai sifat <em>buffer</em> sehingga dapat mengubah pH saliva menjadi mendekati netral. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan konsumsi jus jeruk <em>Citrus sinensis</em> dan sari buah <em>Citrus sinensis </em>(L) osbeck dapat menurunkan pH saliva pada menit ke-15 dan kembali ke pH <em>buffer </em>pada menit ke-60.</p>2025-02-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Arini Indriyasari, Lintang Mega Pertiwi, Meyrinda Tobing, Ibnu Gunawanhttps://journal2.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/3621Penggunaan Antibiotik Pra Operatif pada Kasus Appendicitis2025-01-04T07:26:36+00:00Raihan Al Rasyidraihanalrasyid09@gmail.comEvi Mulyanilivana.ph@gmail.com<p>Penggunaan antibiotik secara rasional menjadi isu penting dalam penanganan kasus appendicitis untuk mencegah resistensi dan infeksi luka pascaoperasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola penggunaan antibiotik pra-operatif pada pasien appendicitis di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya selama periode Januari hingga Juni 2024. Penelitian deskriptif kuantitatif dilakukan menggunakan data rekam medis pasien rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang dikumpulkan meliputi jenis antibiotik, golongan, rute pemberian, dan bentuk sediaan, kemudian dianalisis berdasarkan persentase. Hasil menunjukkan mayoritas pasien berusia 17–25 tahun (73%) dan didominasi perempuan (82%). Cefixime dari golongan sefalosporin generasi ketiga merupakan antibiotik yang paling sering digunakan (41%), diikuti ceftriaxone (33%), moxifloxacin (8%), dan framycetin sulfate (18%). Sebagian besar antibiotik diberikan melalui rute oral (44%), diikuti parenteral (37%) dan topikal (19%). Penelitian ini menunjukkan pentingnya penggunaan antibiotik secara rasional sesuai pedoman klinis untuk mengurangi resistensi dan meningkatkan kualitas terapi.</p>2025-02-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Raihan Al Rasyid, Evi Mulyanihttps://journal2.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/3745Hubungan Kualitas Penggunaan Antibiotik dengan Lama Rawat Inap pada Pasien Pneumonia2025-03-29T09:59:25+00:00Pius Ave Rafael Silalahipiusave19@gmail.comRasmi Zakiah Oktarlinarasmi.zakiah@fk.unila.ac.id<p>Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli. Antibiotik yang digunakan secara tidak tepat dan irasional dapat menimbulkan dampak yang lebih berbahaya yaitu akan terjadi resistensi antibiotik dan berdampak pada lama rawat pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualitas penggunaan antibiotik dengan lama rawat pada pasien pneumonia. Penelitian ini menggunaakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 29 pasien pneumonia dengan kode rekam medis ICD-X J18.9 yang menjalani rawat inap di RSUD Dr. H.Abdul Moeloek. Kualitas antibiotik dinilai dan dievaluasi menggunakan kriteria Gyssens. Analisis data menggunakan uji <em>chi-square</em>. Hasil analisis statistik bivariat berupa kualitas antibiotik dan lama rawat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas penggunaan antibiotik dengan lama rawat pada pasien pneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek dengan nilai p 0,010. Terdapat hubungan kualitas penggunaan antibiotik dengan lama rawat pasien pneumonia di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.</p>2025-02-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Pius Ave Rafael Silalahi, Rasmi Zakiah Oktarlinahttps://journal2.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/3644Gambaran Peresepan pada Pasien Geriatri di Poliklinik Penyakit Dalam2025-01-21T07:20:10+00:00Ririn Puji Lestariririnpujilestari02@gmail.comEvi Mulyanievi.muly4ni@gmail.comLia Indrianalia.indriana89@gmail.com<p>Menurut Permenkes Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Ger|iatr|i adalah pas|ien Lanjut Us|ia dengan mult|i penyak|it dan/atau gangguan ak|ibat penurunan fungs|i organ, ps|ikol|ig|i, sos|ial ekonom|i, dan l|ingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan mult|id|is|ipl|in yang bekerja secara |interd|is|ipl|in. Pasien geriatri merupakan lansia berusia diatas 60 tahun yang mengalami kondisi multi penyakit yang membutuhkan penggunaan beberapa obat secara bersamaaan untuk mengatasi penyakit yang dideritanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat pada pasien geriatri di Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Palangka Raya pada periode Januari – Juni 2024. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, sampel pada penelitian ini di dapat melalui rekam medis yang dianalisis secara deskriptif dan regresi ordinal kemudian direkap menggunakan LPD (Lembar Pengumpulan Data). Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik pasien, jenis kelamin, usia pasien, diagnosa, jumlah diagnosa, peresepan obat dan jumlah obat yang digunakan, jenis dan golongan obat yang digunakan serta bentuk sediaan yang digunakan. Hasil menunjukkan mayoritas pasien berusia 60 – 79 tahun (73,02%) dan di dominasi oleh pasien perempuan (53,97%). Antiulkus atau antitukak merupakan penggunaan obat berdasarkan kelas terapi yang paling banyak diresepkan pada pasien geriatri sebanyak (16,10%), diikuti dengan suplemen atau multivitamin sebanyak (12,39%) dan cairan rehidrasi sebanyak (11,65%). Golongan terbanyak elektrolit dan mineral (10,76%), diikuti dengan vitamin (9,72%), dan proton pump inhibitor (8,68%). Dalam penelitian ini penggunaan obat berdasarkan jenis sediaan yang paling banyak diresepkan untuk pasien geriatri adalah injeksi dengan persentase sebanyak (43,62%) diikuti oleh bentuk sediaan tablet (25,96%) pada pasien rawat inap. Berdasarkan dengan hasil diagnosis, sebanyak 63 pasien setelah dianalisis ada 5 pasien yang memiliki 1 diagnosis (7,94%), 17 pasien yang memiliki 2 diagnosis (26,98%) , dan 41 pasien yang memiliki lebih dari 3 diagnosis (65,08%) dengan jenis obat generik (74,11%) dan non generik (25,89%). Penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya peresepan obat berdasarkan jumlah diagnosa yang sesuai dengan Permenkes Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Geriatri.</p>2024-02-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Ririn Puji Lestari, Evi Mulyani, Lia Indrianahttps://journal2.stikeskendal.ac.id/index.php/far/article/view/3431Pengaruh Waktu Tunggu Pelayanan Resep Nonracikan terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan2024-10-26T07:00:26+00:00Rickha Octaviabenniiskandar@stifar-riau.ac.idTiara Tri Agustinibenniiskandar@stifar-riau.ac.idBenni Iskandarbenniiskandar@stifar-riau.ac.id<p>Permasalahan umum dalam praktik perawatan kesehatan adalah lamanya waktu pasien harus menunggu untuk mendapatkan layanan. Ini adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien. Salah satu faktor utama dalam menilai kualitas layanan pusat kesehatan, khususnya layanan resep, adalah lamanya waktu pasien harus menunggu untuk diperiksa. Adapun tujuan utama studi potong lintang deskriptif kuantitatif ini adalah untuk mengetahui berapa lama seseorang atau pasien harus menunggu untuk mendapatkan layanan resep non-kompleks mereka dan seberapa puas mereka dengan pengalaman rawat jalan mereka di Pusat Kesehatan XYZ di Kota Pekanbaru. Pengambilan sampel secara purposive digunakan. Kuesioner, daftar periksa dan perkiraan waktu yang dihabiskan untuk mengamati semuanya merupakan bagian dari perangkat penelitian. Data dianalisis menggunakan metode univariat dan bivariat, dengan hipotesis penelitian diuji menggunakan tabel silang uji <em>Chi-Square</em>. Menurut penelitian ini, Pusat Kesehatan XYZ di Kota Pekanbaru memiliki waktu tunggu kurang dari 30 menit untuk layanan resep non-kompleks. Sangat puas paling menggambarkan tingkat kepuasan. Di antara lima kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi mutu layanan, kriteria yang berkaitan dengan bukti fisik, daya tanggap, jaminan, dan empati semuanya mendapat skor sangat tinggi. Dengan nilai p sebesar 0,040, terdapat korelasi antara jumlah kepuasan pasien rawat jalan dengan waktu tunggu layanan resep non-kompleks di Puskesmas XYZ Kota Pekanbaru. Pelanggan lebih puas dengan layanan yang diberikan kepada mereka sebagai pasien rawat jalan ketika waktu tunggu layanan resep lebih singkat, dan begitu pula sebaliknya.</p>2025-02-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Rickha Octavia, Tiara Tri Agustini, Benni Iskandar