Analisis Tingkat Perceraian di Kota Surabaya Tahun 2018-2022

Authors

  • Utari Dyah Renaning Ruum Universitas Airlangga
  • Rahmania Nur Chasanah Politeknik Statistika STIS

DOI:

https://doi.org/10.32583/pskm.v13i2.885

Keywords:

ketahanan keluarga, kota Surabaya, tingkat perceraian

Abstract

Perceraian seringkali dianggap sebagai jalan keluar terakhir dari sebuah permasalahan dalam rumah tangga. Ketahanan keluarga menjadi salah satu aspek yang terdampak akibat adanya perceraian. Kota Surabaya merupakan kota dengan angka kasus perceraian tertinggi di Indonesia pada tahun 2021. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perceraian di Kota Surabaya dan faktor pengaruhnya. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa jumlah kasus perceraian, tingkat pendidikan kepala rumah tangga, indeks IPG, dan indeks IDG Kota Surabaya di tahun 2018-2022. Data diperoleh dari website Badan Pusat Statistik dan Pengadilan Agama Kota Surabaya. Tingkat perceraian dianalisis menggunakan perhitungan angka perceraian kasar, angka perceraian umum, dan modified crude divorce rate. Faktor pengaruh tingkat perceraian dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman meliputi tingkat pendidikan, kualitas hidup perempuan, dan partisipasi perempuan di ranah publik. D Kasus cerai gugat merupakan kasus perceraian yang dominan di Kota Surabaya dengan persentase 70,2% kasus. Penyebab perceraian tertinggi adalah perselisihan terus menerus, ekonomi, dan meninggalkan salah satu pihak. Hubungan tingkat pendidikan dengan angka perceraian menunjukkan korelasi yang kuat dengan arah negatif. Pengaruh kualitas hidup perempuan menunjukkan korelasi yang lemah dengan arah positif terhadap angka perceraian. Partisipasi perempuan di ranah publik menunjukkan korelasi yang cukup kuat dengan arah yang positif terhadap angka perceraian.

 

References

Choiriah, M. (2016, 09 20). Indonesia Darurat Perceraian. Diambil kembali dari Merdeka: https://www.merdeka.com/khas/indonesia-darurat-perceraian-tren-perceraian-meningkat-1.html

Dagun, S. M. (2002). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewi, P. S., & Utami, M. S. (2015). Subjective Well-Being Anak dari Orang Tua yang Bercerai. Jurnal Psikologi, 35 (2), 194-212. doi:10.22146/jpsi.7952

Dommaraju, P., & Jones, G. (2011). Divorce Trends in Asia. Journal of Social Science, 39(6), 725-750. doi:10.1163/156853111X619201

Frankenberger, T. R., & McCaston, M. K. (1998). The Household Livelihood Security Concept. Food, Nutrition, and Agriculture (FAO) Alimentation, 30-35.

Humairah, R. (2016). Dampak Perceraian Terhadap Kondisi Psikologis Keluarga (Studi Deskriptif Analitis di Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya). Banda Aceh: UIN Ar-Raniry.

Kustini, I. R. (2016). Ketika Perempuan Bersikap: Tren Cerai Gugat Masyarakat Muslim. Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan.

Kusuma, E. A. (2013). Analisis Tingkat Perceraian di Kota Semarang Tahun 2006-2010 (Studi Kasus Kantor Pengadilan Agama Kota Semarang). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sari, N. A., Julia, A., & Rahmi, D. (2020). Pengaruh Kualitas Hidup, Aktivitas di Ranah Publik, serta Kemandirian Ekonomi Perempuan terhadap Tingkat Perceraian. Prosiding Ilmu Ekonomi, 16-22. doi:http://dx.doi.org/10.29313/.v0i0.19724

Tanziha, I., Utomo, H., Utami, A., Arifin, J., Anggraini, S., Nurhayati, & Bodromurti, W. (2021). Pembangunan Manusia Berbasis Gender. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.

Downloads

Published

2023-03-17

How to Cite

Ruum, U. D. R., & Chasanah, R. N. (2023). Analisis Tingkat Perceraian di Kota Surabaya Tahun 2018-2022. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 13(2), 499–506. https://doi.org/10.32583/pskm.v13i2.885