Perilaku Masyarakat dan Spasial
Keywords:
filariasis, perilaku, spasialAbstract
Filariasis merupakan penyakit menular dan dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup. Perilaku masyarakat dan kondisi spasial menjadi faktor dalam pencegahan dan penyebaran filariasis. Tujuan penelitian untuk mengetahui perilaku dan spasial filariasis di Kelurahan Wangkung Kabupaten Mangarai. Penelitian bersifat deskriptif dengan metode survei. Variabel penelitian, perilaku masyarakat tentang filariasis dan spasial filarisis. Sampel penelitian 54 orang. Data diperoleh melalui wawancara dan GIS. Data dianalisis secara deskriptif. Pengetahuan tentang filariasis rendah. Responden tidak mengetahui penyebab filariasis, gejala filariasis dan tidak mengetahui filariasis dapat dicegah dan diobati. Responden memiliki sikap setuju terhadap pencegahan filariasis. Tindakan pencegahan dengan menggunakan kelambu, menggunakan penangkal nyamuk, mengenakan baju berlengan panjang saat keluar rumah malam hari, minum obat pencegah filariasis. Habitat vektor filariasis yaitu sawah, sungai dan rawa-rawa. Penderita yang tinggal pada habitat sawah sebanyak 10 orang, 9 penderita berada pada zona merah dan 1 penderita pada zona hijau. Pada habitat sungai terdapat 5 penderita, berada pada zona hijau. Pada habitat rawa-rawa terdapat 6 penderita, 4 penderita pada zona merah dan 2 penderita pada zona kuning. Perilaku masyarakat tentang filariasis dengan pengetahuan rendah, sikap setuju dan melakukan tindakan pencegahan. Penderita sebahagian besar tinggal di zona merah habitat vektor filariasis.
References
Amalo, Palce. 2019. “NTT Targetkan Bebas Filariasis Tahun 2027.” Media Indonesia.
Arsin, A. Arsunan. 2016. Epidemiologi Filariasis Di Indonesia. 1st ed. edited by Asti Pratiwi Duhri. makasar: Magasena Press Makasar.
Asong, Iskandar Arfan, and Suharno. 2016. “Analisis Spasial Risiko Lingkungan Dengan Kejadian Filariasis Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Asam Kecamatan Sui Raya Kabupaten Kubu Raya 2016.” Universitas Muhamadiyah Pontianak, Pontianak.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai. 2019. Kecamatan Reok Dalam Angka 2019.
Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Manggarai. 2016. “Kabupaten Manggarai Masuk Kategori Endemis Filariasis.” Pemerintah Kabupaten Manggarai.
Benelli, Giovanni, Roman Pavela, Angelo Canale, Kevin Cianfaglione, Giampiero Ciaschetti, Fabio Conti, Marcello Nicoletti, Sengottayan Senthil-Nathan, Heinz Mehlhorn, and Filippo Maggi. 2017. “Acute Larvicidal Toxicity of Five Essential Oils (Pinus Nigra, Hyssopus Officinalis, Satureja Montana, Aloysia Citrodora and Pelargonium Graveolens) against the Filariasis Vector Culex Quinquefasciatus: Synergistic and Antagonistic Effects.” Parasitology International 66(2):166–71. doi: 10.1016/J.PARINT.2017.01.012.
Benelli, Giovanni, Roman Pavela, Cristiano Giordani, Luca Casettari, Giulia Curzi, Loredana Cappellacci, Riccardo Petrelli, and Filippo Maggi. 2018. “Acute and Sub-Lethal Toxicity of Eight Essential Oils of Commercial Interest against the Filariasis Mosquito Culex Quinquefasciatus and the Housefly Musca Domestica.” Industrial Crops and Products 112:668–80. doi: 10.1016/J.INDCROP.2017.12.062.
Cho, Shin Hyeong, Da Won Ma, Bo Ra Koo, Hee Eun Shin, Wook Kyo Lee, Byong Suk Jeong, Chaeshin Chu, Won Ja Lee, and Hyeng il Cheun. 2012. “Surveillance and Vector Control of Lymphatic Filariasis in the Republic of Korea.” Osong Public Health and Research Perspectives 3(3):145–50. doi: 10.1016/J.PHRP.2012.07.008.
Fitriyana, Fitriyana, Dyah Mahendrasari Sukendra, and Rudatin Windraswara. 2018. “Distribusi Spasial Vektor Potensial Filariasis Dan Habitatnya Di Daerah Endemis.” HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development) 2(2):320–30. doi: 10.15294/higeia.v2i2.17851.
Govindarajan, Marimuthu, Mohan Rajeswary, and Giovanni Benelli. 2016. “Chemical Composition, Toxicity and Non-Target Effects of Pinus Kesiya Essential Oil: An Eco-Friendly and Novel Larvicide against Malaria, Dengue and Lymphatic Filariasis Mosquito Vectors.” Ecotoxicology and Environmental Safety 129:85–90. doi: 10.1016/J.ECOENV.2016.03.007.
Indah, Intan Suryantisa. 2019. “Situasi Filaria Di Indonesia.” Kementerian Kesehatan.
Irawan, Anggi Septia, Hasan Boesri, and Sidiq Setyo Nugroho. 2018. “Program Nasional Untuk Eliminasi Filariasis Limfatik : Studi Kasus Di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.” Vektora 10(2):95–102. doi: 10.22435/vk.v10i2.1057.
Kaliappan, Saravanakumar, Karthikeyan Ramanujam, Malathi Manuel, Jasmine Farzana, Venkateshprabhu Janagaraj, Selvi Laxmanan, Jayaprakash Muliyil, Rajiv Sarkar, Gagandeep Kang, Judd Walson, and Sitara Ajjampur. 2022. “Soil-Transmitted Helminth Infections after Mass Drug Administration for Lymphatic Filariasis in Rural Southern India.” Tropical Medicine and International Health 27(1):81–91. doi: 10.1111/tmi.13697.
Kementerian Kesehatan. 2022. Profil Kesehatan Indonesia 2021. Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 94 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis. Jakarta.
Mutiara, Hanna, and Anindita. 2016. “Filariasis : Pencegahan Terkait Faktor Risiko Filariasis : Prevention Related to Risk Factor.” Majority 5(3):1–16.
Nurjazuli, Hanan Lanang Dangiran, and Asti Awyatul Bari"ah. 2018. “Analisis Spasial Kejadian Filariasis Di Kabupaten Demak Jawa Tengah.” Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 17(1):46–51. doi: 10.1023/A:1023918517378.
Permana, Andi Dian, Ismaiel A. Tekko, Maelíosa T. C. McCrudden, Qonita Kurnia Anjani, Delly Ramadon, Helen O. McCarthy, and Ryan F. Donnelly. 2019. “Solid Lipid Nanoparticle-Based Dissolving Microneedles: A Promising Intradermal Lymph Targeting Drug Delivery System with Potential for Enhanced Treatment of Lymphatic Filariasis.” Journal of Controlled Release 316:34–52. doi: 10.1016/J.JCONREL.2019.10.004.
Pratiwi, Dina Amalia, and Rina K. Kusumaratna. 2022. “Risk Factors of Negleted Diseases at Juai District of Balangan Regency, South Kalimantan: A Lymphatic Filariasis.” Jurnal Biomedika Dan Kesehatan 5(1):14–23. doi: 10.18051/JBiomedKes.2022.v5.14-23.
Pratiwi, Rini, Chairil Anwar, Salni, Hermansyah, Novrikasari, Rachmat Hidayat, and Ahmad Ghiffari. 2018. “Habitat Characterization of Mansonia Spp as Filariasis Vector in Banyuasin, South Sumatra, Indonesia.” E3S Web of Conferences 68:01004. doi: 10.1051/e3sconf/20186801004.
Pratiwi, Rini, Chairil Anwar, Salni, Hermansyah, Novrikasari, Rachmat Hidayat, Ahmad Ghiffari, and Alfarobi. 2019. “Diversity and Abundance Model According to Habitat Characteristics of Filariasis Vector, Mansonia Spp. in Banyuasin, South Sumatera, Indonesia.” Journal of Physics: Conference Series 1246(1):012039. doi: 10.1088/1742-6596/1246/1/012039.
Purnama, Wary, Nurjazuli, and Mursid Raharjo. 2017. “Faktor Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat Yang Berhubungan Dengan Kejadian Filariasis Di Kecamatan Muara Pawan Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.” Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 16(1):8–16. doi: 10.14710/jkli.16.1.8-16.
Risch, Frederic, Manuel Ritter, Achim Hoerauf, and Marc P. Hübner. n.d. “Human Filariasis-Contributions of the Litomosoides Sigmodontis and Acanthocheilonema Viteae Animal Model.” doi: 10.1007/s00436-020-07026-2/Published.
Ritonga, Zimly Khatif Valdivia, and Nurfadly. 2021. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tengtang Filariasis Di Puskesmas Bagan Asahan Sumatera Utara.” Jurnal Ilmiah Simantek 5(4).
Rosati, Tutik Ida, Lieza Dwianasari Susiawan, and Muhamad Zaenuri Syamsu Hidayat. 2018. “Dampak Pengobatan Masal Filariasis Terhadap Kejadian Infeksi Soil-Transmitted Helmint (STH) Di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan.” Purwokwrto.
Tallan, Mefi Mariana, and Fridolina Mau. 2016. “Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Vektor Filariasis Di Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya.” Aspirator - Journal of Vector-Borne Disease Studies 8(2):55–62. doi: 10.22435/aspirator.v8i2.4243.55-62.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.